Bismillahirrahmanirrahim

"Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani" - Surah Al-fatihah : ayat 1

Pencari Jiwa-jiwa Muda

"Andai Islam seperti sebuah bangunan usang yang hampir rebah, maka akan ku berjalan ke seluruh dunia mencari jiwa2 muda. Aku tidak ingin mengutip dengan ramai bilangan mereka, tapi aku inginkan hati-hati yang ikhlas untuk membantuku dan bersama membina kembali bangunan usang itu menjadi sebuah banggunan tersergam indah.."- Imam Hassan Al Banna

Generasi Awal Sek Tahfiz Al-Islah

"Sesungguhnya aku amat meridui seorang pemuda/pemudi yang tidak tidur lena kerana memikirkan masalah ummah.." - Imam Hassan Al Banna

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Ahad, 19 Julai 2009

Generasi Pertama STAIL (Tahun 2000)

Mudah-mudahan anak-anak didikku ini tidak melupakan daku dalam doa mereka.

Tazkirah 4

Abu Dzar Seorang Yang Alim

Abu Dzar al-Ghifari merupakan seorang sahabat Nabi s.a.w yang terkenal dengan perbendaharaan ilmu pengetahuannya dan kesolehannya. Ali R.hu pernah berkata "Abu Dzar ialah penyimpan pelbagai jenis ilmu pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari orang lain."
Ketika dia mulai mendengar khabar tentang kerasulan Nabi SAW, dia telah mengutus saudara lelakinya menyelidiki lebih lanjut mengenai orang yang mengaku menerima berita dari langit. Setelah puas menyelidiki, saudaranya pun melaporkan kepada Abu Dzar bahwa Nabi Muhammad s.a.w itu seorang yang sopan santun dan baik budi pekertinya. Ayat-ayat yang dibacakan kepada manusia bukannya puisi dan bukan pula kata-kata ahli syair.
Laporan yang disampaikan itu masih belum memuaskan hati Abu Dzar. Dia sendiri keluar untuk mencari kenyataan. Setibanya di Makkah, dia terus ke Baitul Haram. Pada waktu itu dia tidak kenal Nabi s.a.w, dan melihat keadaan pada waktu itu dia merasa takut hendak bertanya mengenai Nabi s.a.w. Ketika menjelang waktu malam, dia dilihat oleh Saidina Ali RA. Oleh karena beliau seorang musafir, Ali terpaksa membawa Abu Dzar ke rumahnya dan melayani Abu Dzar sebaik-baiknya sebagai tetamu. Ali tidak bertanya apapun dan Abu Dzar tidak pula memberitahu Ali tentang maksud kedatangannya ke Makkah. Pada keesokkan harinya, Abu Dzar pergi sekali lagi ke Baitul Haram untuk mengetahui siapa dia Muhammad. Sekali lagi Abu Dzar gagal menemui Nabi karena pada waktu itu orang-orang Islam sedang diganggu hebat oleh orang-orang kafir musyrikin. Pada malam yang keduanya, Ali membawa Abu Dzar ke rumahnya.
Pada malam itu Ali bertanya: "Saudara, apakah sebabnya saudara datang ke kota ini?"
Sebelum menjawab Abu Dzar meminta Ali berjanji untuk berkata benar. Kemudian dia pun bertanya kepada Ali tentang Nabi s.a.w. Ali berkata: "Sesungguhnya dialah pesuruh Allah. Esok engkau ikut aku dan aku akan membawamu menemuinya. Tetapi kita harus berwaspada, bencana yang buruk akan menimpa kamu kalau hubungan kita diketahui orang. Esok ketika kita berjalan, kalau aku dapati bahaya mengancam kita, aku akan berpisah agak jauh sedikit dari kamu dan berpura-pura membetulkan kasut aku, tetapi engkau teruslah berjalan supaya orang tidak curiga hubungan kita."
Pada keesokkan harinya, Ali pun membawa Abu Dzar bertemu dengan Nabi s.a.w. Tanpa banyak persoalan, dia terus memeluk agama Islam. Karena takut dia diapa-apakan oleh musuh, Nabi s.a.w menasihatkannya supaya segera pulang dan jangan mengkhabarkan keislamannya di khalayak ramai. Tetapi Abu Dzar menjawab dengan berani: "Ya Rasullulah, aku bersumpah dengan nama Allah yang jiwaku di dalam tanganNya, bahwa aku akan mengucap dua kalimah syahadah di hadapan kafir-kafir musyrikin itu."
Janjinya kepada Rasulullah SAW ditepatinya. Selepas ia meninggalkan baginda, dia mengorak langkah kakinya ke Baitul Haram di hadapan kaum musyrikin dan dengan suara lantang dia mengucapkan dua kalimah syahadah.
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu pesuruh Allah."
Tatkala mendengar ucapan Abu Dzar itu, orang-orang kafir pun menyerbunya lalu memukulnya. Kalau tidak karena Abbas, bapa saudara Rasululah s.a.w yang ketika itu belum Islam, tentulah Abu Dzar menemui ajalnya di situ.
Kata Abbas kepada orang-orang kafir musyrikin yang menyerang Abu Dzar: "Tahukah kamu siapa orang ini? Dia adalah turunan Al Ghifar. Khafilah-khafilah kita yang berulang alik ke Syam terpaksa melalui perkampungan mereka. Kalaulah ia dibunuh, sudah tentu mereka menghalangi perniagaan kita ke Syam."
Pada hari berikutnya, Abu Dzar sekali lagi mengucapkan dua kalimah syahadah di hadapan orang-orang kafir Quraisy dan pada kali ini juga ia telah diselamatkan oleh Abbas.
Pengajaran
1. Keberanian Abu Dzar ini sepatutnya menjadi contoh kepada umat Islam dewasa ini dalam rangka usaha mereka menjalankan dakwah Islamiyah. Kekejaman, penganiyaan serta penindasan tidak sepatutnya melemahkan semangat perjuangan Islam
2. Kedatangan Ramadhan ini yang dikenali sebagai bulan latihan untuk membiasakan diri merasai kelaparan. Kelaparan adalah satu dugaan dan ujian yang tidak disukai oleh nafsu manusia sebab itu Allah berfirman yang bermaksud:
Dan kami menguji kamu dengan dengan perasaan takut dan lapar…. (Al-Baqarah: 155)